Hati Gembira Bisa Bikin Kuat Lawan Virus dan Umur Panjang Lho, Simak yuk!
Trippers.id – Bagaimana jika ingin tetap sehat? Minum vitamin? Vaksin tiap bulan? Olahraga? Makan bergizi? Minum air putih? Iya, semua hal tersebut memang dijamin akan membuatmu sehat. Tetapi, ternyata, ada satu hal yang bisa membuatmu tetap prima.
Eh, tapi ini tidak bercanda! Dunia, dari badan keagamaan hingga badan ilmiah, pun mengakui bahwa hati yang gembira adalah obat yang manjur.
Pernah dengar, kan? Dalam bahasa Swahili, frasa tersebut berarti “tidak khawatir”.
Bukan soal pseudosains, juga bukan sulap, bukan sihir. Kenapa? Karena hal ini pun terbukti secara ilmiah! Kok bisa begitu? simak yuk penjelasannya :
1. Gaya hidup yang lebih sehat
Saat seseorang bahagia, makanan apapun terasa lebih enak. Betul atau betul? Setidaknya, itulah hasil dari sebuah studi gabungan pada 2017 yang dilakukan oleh Lithuanian University of Health Science di Lituania dan University College London di Inggris, melibatkan 7.000 orang dewasa.
Bertajuk “Link between healthy lifestyle and psychological well-being in Lithuanian adults aged 45–72: a cross-sectional study”, riset tersebut memaparkan bahwa orang yang gembira memiliki kemungkinan 47 persen untuk makan makanan yang bergizi, dibandingkan dengan yang bermuram durja!
Bukan rahasia jika makan makanan yang sehat dengan hati yang gembira adalah kombinasi yang manjur untuk tubuhmu!
Namun, kami garis bawahi, “makanan sehat”, bukan makanan cepat saji. Jika kamu gembira lalu tetap makan makanan cepat saji, nihil, Bambang. Kamu akan tetap sakit akhirnya, hanya saja lebih bahagia. Selain itu, penelitian tersebut mengungkap bahwa dari 7 ribu peserta penelitian tersebut, peserta dengan hati gembira memiliki kemungkinan 33 persen untuk berolahraga hingga 10 jam seminggu.
Para peneliti di University of Georgia di Amerika Serikat menyatakan bahwa olahraga rutin bermanfaat bagi tubuh karena dapat menurunkan tensi darah, mencegah penyakit jantung, menguatkan tulang, dan lain-lain.
Ingat, bahagia = olahraga rutin. Jika kamu bahagia, tetapi kamu tetap malas-malasan di ranjang, berarti kamu harus mempertimbangkan arti kebahagiaan!
Jadi, bahagia di sini mendatangkan manfaat bagi tubuhmu jika kamu terbawa oleh kebahagiaan tersebut untuk melakukan hal yang berguna dan mengonsumsi makanan/minuman yang menyehatkan.
Jika malah membuatmu melakukan hal destruktif, itu hanya pelarian sementara!
2. Tidur lebih nyenyak
Selain makanan dan olahraga, orang yang gembira cenderung tidur lebih nyenyak. Hal tersebut diungkapkan oleh para peneliti di University College London pada 2008.
Melibatkan 700 orang dewasa, penelitian yang bertajuk “Positive affect, psychological well-being, and good sleep” tersebut mengungkap bahwa persentase susah tidur ditemukan sebanyak 47 persen pada mereka yang tidak menikmati hidup.
Mendukung penelitian tersebut, peneliti asal University College London dan Cornell University di Amerika Serikat, meninjau 44 penelitian yang mengaitkan kebahagiaan dengan kualitas tidur seseorang. Hasilnya, memang menunjukkan keterkaitan yang signifikan!
3. Imun lebih setrong!
Berhubungan dengan kedua poin di atas. Jika kamu gembira lalu makan dan minum yang bergizi, berolahraga rutin, serta tidur dengan nyenyak, hal tersebut menyebabkan efek domino yang bermanfaat bagi tubuh.
Apa itu? Sistem imunmu jauh lebih tebal dari orang yang tidak gembira.
Secara spesifik, penelitian pada 2006 yang dilakukan oleh para peneliti di Carnegie Mellon University berjudul “Positive emotional style predicts resistance to illness after experimental exposure to rhinovirus or influenza a virus” menyatakan bahwa hati gembira menguatkan imun untuk membentengi diri dari serangan flu dan batuk pilek!
Sedangkan, menurut peneliti dari universitas yang sama pada 2003 menyatakan bahwa orang yang tidak bahagia tiga kali lipat lebih rentan terhadap penyakit flu! Lalu, apa hubungannya kebahagiaan dengan sakit flu atau masuk angin? Hal tersebut hingga sekarang belum dapat dibuktikan dalam penelitian ilmiah.
Sebuah penelitian pada 2006 oleh University of Pittsburgh yang bertajuk “Trait positive affect and antibody response to hepatitis B vaccination” menyatakan bahwa perasaan bahagia memicu sumbu Hypothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA), bagian terpenting dari neuroendokrin (sistem saraf pada hormon) yang mengendalikan tingkat stres, pencernaan, hormon, hingga sistem kekebalan tubuh!
Gangguan pada sumbu HPA mengakibatkan bipolar, kecemasan, susah tidur, kelelahan, depresi, dan gangguan lainnya. Tidak perlu dipikirkan yang mana. Yang jelas, kebahagiaan memang membuat tubuhmu lebih kebal terhadap penyakit flu dan masuk angin.
4. Jantung sehat di masa tua
Enggak dong. Selain kedua penyakit yang sering datang apalagi saat musim pancaroba ini, kamu juga dapat mengusir penyakit mematikan, lho! Salah satunya adalah penyakit jantung.
Sebuah penelitian pada 2006 yang dilakukan oleh Sealy Center on Aging di Amerika Serikat berjudul “Hypertension in older adults and the role of positive emotions” yang melibatkan lebih dari 6.500 manula berusia di atas 65 tahun mengiyakan hal tersebut. Faktanya, kebahagiaan mengurangi kemungkinan untuk terkena sakit jantung sebanyak 9 persen.
Penelitian dari Brigham and Women’s Hospital dan Harvard University pada 2013 bertajuk “Estimating Deaths From Cardiovascular Disease: A Review of Global Methodologies of Mortality Measurement” mengiyakan bahwa kebahagiaan mencegah salah satu penyakit yang memakan korban paling banyak di dunia tersebut.
Di penelitian lain yang dilakukan dalam rentang waktu 10 tahun oleh para peneliti di Columbia University Medical Center menyatakan bahwa kebahagiaan selama itu dapat menekan kemungkinan penyakit jantung hingga 22 persen! Persentase itu bahkan sudah termasuk faktor umur, tingkat kolesterol, dan tekanan darah.
Apakah murni karena kebahagiaan saja? Oh, tentu tidak. Kalau hanya kebahagiaan saja, maka tidak ada penelitian yang mendasari hal tersebut.
Bahkan, penelitian pada 2015 oleh para peneliti di Erasmus Medical Centre di Belanda membantah hal tersebut. Melibatkan 1.500 orang, penelitian berjudul “Positive affect is not associated with incidence of cardiovascular disease: a population-based study of older persons” tersebut tidak menemukan keterkaitan antara kebahagiaan dan kesehatan.
Pada 2012, para peneliti dari Massachusetts General Hospital di Amerika Serikat memaparkan bahwa, lagi-lagi, hubungan kebahagiaan dengan kesehatan didasari oleh kebiasaan hidup sehat seperti pada poin pertama.
5. Kesimpulannya? Umur panjang
Pada akhirnya, kamu memang bisa meningkatkan angka harapan hidupmu dengan kebahagiaan. Sebuah penelitian pada 2015 berjudul “Happiness and Longevity in the United States” yang dilakukan oleh peneliti dari University of North Carolina di Chapel Hill setuju.
Menurut penelitian berdurasi 30 tahun tersebut, dibandingkan orang yang bahagia, kemungkinan kematian dini lebih tinggi 14 persen pada mereka yang tidak bahagia, dan 6 persen pada mereka yang “lumayan” bahagia.
Lalu, sekali lagi! Apakah umur panjang murni karena kebahagiaan semata? Jawabannya, “Tentu tidak!”
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat pada 2008 menyatakan bahwa kebahagiaan tersebut lalu dilanjutkan menjadi daya hidup sehat. Itulah yang membuat sehat. Kebiasaan seperti apa?
Olahraga rutin,
Makan makanan bergizi,
Mengurangi pengobatan,
Tidak merokok, dan
Pola tidur seimbang.
Nah, semuanya kembali lagi ke poin pertama.
Memang, kebahagiaan dapat membawa tubuhmu prima hingga akhir hayat nanti. Namun, apakah bahagia saja cukup? Tentu tidak!
Pertanyaannya adalah, apakah yang kamu lakukan saat sedang bahagia? Apakah kamu langsung berfoya-foya? Atau kamu malah makan makanan bergizi, berolahraga, dan tidur lebih nyenyak?
Jika bahagia berarti melakukan hal yang merusak tubuh, pikirkan kembali, deh, makna kebahagiaanmu. Pokoknya jangan lupa bahagia ya!