ADAT & BUDAYA NUSANTARALatest

5 Keunikan Ritual Bakar Tongkang di Bagan Siapi-api

Trippers – Kota Bagan Siapi-api berada di bawah naungan Kabupaten Rokan Hilir, provinsi Riau. Kota Bagan letaknya berdekatan dengan Selat Malaka dan dulunya terkenal sebagai penghasil ikan terbesar kedua di dunia setelah Norwegia. Namun dikarenakan pendangkalan dan penggunaan alat pukat, ekosistem ikan di pulau ini berkurang banyak.

Meskipun nama kota Bagan Siapi-api tidak setenar kota-kota kecil lain di pesisir pulau Sumatra, tetapi setiap tahunnya baik turis lokal maupun asing berbondong-bondong ke kota ini untuk menyaksikan Ritual Bakar Tongkang.

1. Ritual Bakar ini sebagai tanda bahwa warga etnis Tionghoa akan memulai kehidupan baru di Bagan Siapi-api

Awal mula ritual ini berhubungan erat dengan sejarah kedatangan etnis Tionghoa di kota Bagan Siapi-api. Kala itu sekelompok pengungsi etnis Tionghoa dari Thailand telah berhari-hari berada di perairan dan dipercaya bahwa berkat doa mereka kepada dewa Laut (Kie Ong Ya), mereka berhasil berlabuh di pesisir kota yang kemudian disebut Bagan Siapi-api. Konon ada 3 kapal tongkang yang mereka naiki, namun hanya satu yang selamat.

Pembakaran kapal tongkang di dalam ritual ini, menurut artikel yang ditulis oleh Welly Wirman dan timnya, menjadi penanda bahwa pengungsi ini akan memulai kehidupan baru di kota Bagan Siapi-api dan tidak kembali ke daerah asal mereka. Selain itu ritual ini juga untuk merayakan ulang tahun dewa laut Kie Ong Ya.

2. Ritual Bakar Tongkang sudah berlangsung sejak tahun 1926

Mengutip dari artikel yang berjudul Etnografi Komunikasi Tradisi Bakar Tongkang (Go Ge Cap Lak) di Kabupaten Rokan Hilir, Ritual Bakar Tongkang baru dimulai 100 tahun setelah kedatangan pertama etnis Tionghoa di Bagan Siapi-api, yaitu sekitar tahun 1926. Namun di tahun 2020 ritual ini ditiadakan karena pandemik virus COVID-19.

3. Lokasi jatuhnya tiang kapal menandai sumber penghasilan satu tahun ke depan

Saat pembakaran kapal, baik warga maupun turis juga akan menyaksikan arah jatuhnya tiang kapal. Konon arah jatuhnya tiang kapal menandakan sumber penghasilan warga kota Bagan Siapi-api selama satu tahun ke depan.

Tiang kapal yang jatuh ke darat atau tanah menandai aktivitas yang berlangsung di darat menjadi sumber penghasilan untuk warga. Sedangkan tiang kapal yang jatuh ke laut menandai sumber penghasilan yang berasal dari laut.

4. Lokasi jatuhnya tiang kapal menandai sumber penghasilan satu tahun ke depan

Saat pembakaran kapal, baik warga maupun turis juga akan menyaksikan arah jatuhnya tiang kapal. Konon arah jatuhnya tiang kapal menandakan sumber penghasilan warga kota Bagan Siapi-api selama satu tahun ke depan.

Tiang kapal yang jatuh ke darat atau tanah menandai aktivitas yang berlangsung di darat menjadi sumber penghasilan untuk warga. Sedangkan tiang kapal yang jatuh ke laut menandai sumber penghasilan yang berasal dari laut.

5. Kepala adat dan Tang Ki meresmikan Tongkang sebelum dibawa berkeliling untuk kemudian dibakar

Di tanggal 15 bulan kelima berdasarkan penanggalan Cina, warga Tionghoa memulai perayaan dengan berdoa di Kelenteng Ing Hok Kiong yang kemudian disusul dengan acara penjemputan Tongkang. Kelenteng kemudian ditutup hingga keesokan harinya.

Keesokan harinya, tanggal 16, kelenteng dibuka kembali setelah kepala adat dan Tang Ki (orang yang dipercaya memiliki kemampuan metafisika) meresmikan Tongkang. Warga Tionghoa kemudian membawa Tongkang ke lokasi pembakaran pukul 4 sore.

Tinggalkan Balasan