ADAT & BUDAYA NUSANTARA

Mengenal 5 Upacara Adat Sulawesi Selatan

Uniknya kebudayaan Indonesia dapat dilihat dari upacara-upacara adat di Sulawesi Selatan. Sulawesi Selatan memang kaya akan adat dan tradisi yang tercermin pada upacara adat, tarian tradisional, bahkan juga adat perkawinan.

Upacara adat di Sulawesi Selatan berasal dari berbagai macam daerah dengan beragam tujuan dan bentuk ritual. Tentunya, upacara-upacara adat Sulawesi Selatan ini akan menarik untuk ditonton serta dipelajari. Ingin tahu apa saja upacara adat yang masih lestari di tanah Sulawesi Selatan? Yuk, simak list di bawah ini:

Upacara Adat dari Sulawesi Selatan

1. Upacara Ma’nene

Foto: id.wikipedia.org

Tradisi Ma’nene mungkin sudah sering didengar oleh masyarakat di luar masyarakat Sulawesi Selatan. Upacara ini berasal dari Toraja, dan ritualnya pun sangat unik, yaitu dengan membersihkan jenazah leluhur, bahkan yang sudah puluhan tahun sekali pun.

Suku Toraja terkenal sebagai suku yang sangat menghormati leluhur mereka. Sebagai bentuk penghormatan, mereka melakukan upacara Ma’nene ini. Mereka juga menyembelih babi atau kerbau untuk bentuk penghormatan. Mereka percaya bahwa arwah leluhur tidak akan mencapai surga jika anggota keluarganya tidak berkurban babi atau kerbau. Adapun jumlah hewan yang mereka kurbankan harus sesuai dengan jumlah jenazah yang berada dalam liang makam.

Mereka lalu melakukan ritual khusus untuk membuka makam keluarga mereka yang sudah meninggal dengan cara meletakkan sirih di atas makam. Ritual ini juga dikenal sebagai Pa’tene.

Anggota keluarga yang telah meninggal tersebut kemudian dijemur. Durasi menjemurnya berbeda-beda, ada yang hanya 3 hari, tapi ada juga yang mencapai satu minggu. Jenazah-jenazah yang sudah berupa mumi itu dibersihkan, digantikan baju, serta diberi barang-barang kesukaan mereka semasa hidup.

Setelah bersih, jenazah pun dikembalikan ke dalam peti. Sebagai penutup upacara Ma’nene, masyarakat Toraja melakukan sisemba, yaitu tradisi adu kaki sebagai sebuah permainan.

2. Rambu Solo

Foto: indonesiakaya.com

Salah satu upacara adat Sulawesi Selatan yang juga dilakukan oleh masyarakat Toraja adalah Rambu Solo. Upacara Rambu Solo adalah upacara penguburan jenazah. Tujuannya adalah untuk mengantarkan roh mendiang ke alam baka (Puyo).

Dalam upacara ini, mayat mendiang keluarga mereka akan disimpan di dalam rumah dan diperlakukan sebagaimana orang sakit sampai tibalah saatnya mengadakan upacara Rambu Solo. Mendiang masih ditidurkan di tempat tidur, serta diberi makan dan minum. Menurut kepercayaan mereka, seseorang belum bisa dikatakan meninggal jika upacara Rambu Solo belum rampung.

Mereka juga akan menunggu sampai bisa melaksanakan upacara Rambu Solo jika mereka terkendala biaya, karena melaksanakan upacara ini membutuhkan biaya yang cukup besar karena keluarga harus membeli babi dan kerbau yang nantinya akan dibagikan kepada warga lainnya.

3. Accera Kalompoang

Upacara adat Sulawesi Selatan ini dikhususkan untuk membersihkan benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan Gowa di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Benda-benda pusaka tersebut kini tersimpan dengan baik di Museum Balla Lompoa.

Tentunya, benda-benda pusaka tersebut sangat berharga, di antaranya adalah saloka (mahkota) yang terbuat dari emas murni dengan 250 butir berlian. Kemudian ada juga sudanga, sebuah senjata yang juga berhiaskan emas putih.

Masih banyak lagi benda berupa senjata dan perhiasan pusaka yang akan dibersihkan saat upacara Accera Kalompoang. Totalnya ada 15 benda pusaka. Upacara ini dilaksanakan pada hari Idul Adha, yaitu ketika selesainya ibadah shalat Ied. Dahulu, upacara ini merupakan kebiasaan yang dimulai oleh salah satu Raja Gowa bernama I Mangngarrangi Daeng Mangrabbia Karaeng Lakiung Sultan Alauddin.

4. Katto Bokko

Upacara adat Katto Bokko diselenggarakan pada bulan Maret atau April setiap tahunnya. Mereka memilih salah satu akhir pekan dari salah satu bulan tersebut. Upacara Katto Bokko ini merupakan upacara yang penuh kehangatan, dimana para pemuda berbondong-bondong datang ke Balla Lompoa, rumah adat di daerah Maros, selepas melaksanakan shalat subuh.

Mereka kemudian berangkat ke sawah adat dengan diiringi suara gendang serta gong. Perjalanan ke sawah adat pun menjadi perjalanan yang berbeda pada upacara Katto Bokko. Mereka pun sampai di sawah adat miliki Kakaraengan Marusu yang sudah siap untuk dipanen.

Satu per satu, para pemuda akan turun ke sawah dan memotong padi dengan menggunakan anai-anai. Mereka lalu mengikat padi-padi tersebut dan bersiap-siap untuk mengusungnya. Di antara ikatan padi-padi itu, mereka membuat dua ikatan yang lebih besar daripada yang lainnya untuk dihias menjadi warna-warni.

Tujuan dari Katto Bokko ini, selain untuk mempererat silaturahmi, juga sebagai tanda cinta dan upaya melestarikan kearifan lokal melalui penggunaan alat tradisional saat memotong padi.

5. Upacara Mappacci

Foto: bridestory.com

Setiap daerah pasti memiliki upacara adat yang khas untuk persiapan pernikahan. Di Sulawesi Selatan, upacara tersebut dikenal dengan nama upacara Mappacci. Upacara ini dilakukan oleh kedua calon mempelai di rumah mereka masing-masing, satu hari sebelum pernikahan.

Calon pengantin duduk diapit oleh kedua orang tua. Sebelum upacara berlangsung, ada sebuah ritual menyiapkan barang-barang yang dibutuhkan untuk melangsungkan upacara Mappaci, di antaranya adalah bantal (angkaluneng), sarung sutera (lipa sabbe), daun nangka, daun pisang, lilin, berondong beras (benno), dan daun pacci. Masing-masing barang ini menyimbolkan sebuah makna. Misalnya saja, mereka menyediakan lilin sebagai obor yang akan menerangi perjalanan pengantin, atau beras yang menyimbolkan rezeki yang berlimpah.

Tujuan dari upacara Mappacci adalah membersihkan diri dari segala hal yang bisa menghalangi kepada pernikahan. Keluarga besar pun turut menghadiri, sebagai simbol membekali kedua calon pengantin dengan doa restu.

Sumber : Traveloka

Tinggalkan Balasan