5 Makam Raja di Asia Tenggara yang Megah & Sakral
Trippers.id – Banyak wilayah di Asia Tenggara yang dulunya berupa kerajaan-kerajaan besar. Kerajaan-kerajaan ini umumnya memiliki sosok raja yang sangat dihormati dan disegani.
Gak heran, meski raja-raja yang dulu pernah berkuasa ini sudah tiada, mereka tetap punya persemayaman khusus yang dijaga ketat hingga sekarang. Ada beberapa makam raja di Asia Tenggara yang bisa kamu kunjungi.
Makam-makam ini seolah menjadi saksi sejarah bahwa pernah ada kerajaan besar yang berkuasa di wilayah tersebut. Di mana saja? Yuk, intip daftarnya berikut ini!
1. Wat Phra Si Sanphet
Wat Phra Si Sanphet merupakan sebuah biara yang dibangun untuk makam raja di Thailand. Lokasinya berada di Pratuchai, Distrik Phra Nakhon Si Ayutthaya. Dulunya, Wat Phra Si Sanphet dianggap sebagai kuil paling suci di situs Istana Kerajaan tua di ibu kota kuno Ayutthaya. Kompleks makam ini dibangun di wilayah istana pada abad ke-14 oleh Raja U-thong atau Ramathibodi I yang merupakan raja pertama dari kerajaan Ayutthaya.
Terdapat kuil, pagoda berbentuk lonceng, dan tempat penyimpanan abu raja dan keluarganya di area ini. Kini Wat Phra Si Sanphet dianggap sebagai simbol Provinsi Ayutthaya.
Kamu bisa mengunjungi Wat Phra Si Sanphet dengan menggunakan sepeda atau tuk-tuk dari pusat Kota Ayutthaya. Waktu tempuhnya hanya sekitar 15 menit perjalanan.
2. Tomb of Emperor Khai Dinh
Di Vietnam, ada Tomb of Emperor Khai Dinh yang merupakan makam Kaisar Khai Dinh dari Dinasti Nguyen. Makam ini berlokasi di Gunung Chau Chu, kira-kira 10 kilometer dari Kota Hue, Thua Thien-Hue.
Sang raja sengaja membangun persemayaman akhir yang megah dan mewah layaknya istana di sisi gunung. Pusara sang raja berada di bagian atas dan harus ditempuh melewati sekitar 127 anak tangga.
Kamu dapat mengunjungi Tomb of Emperor Khai Dinh dengan menggunakan becak, ojek, atau sewa sepeda motor dari pusat Kota Hue.
3. Royal Tombs of Oudong
Royal Tombs of Oudong merupakan makam raja yang pernah berkuasa di Kamboja. Lokasinya berada di kaki gunung Phnom Udong, sekitar 40 kilometer barat laut dari ibu kota Phnom Penh.
Dulunya, wilayah ini merupakan ibu kota Kamboja, sebelum pindah ke Phnom Penh. Area makam raja ini cukup terkenal di kalangan wisatawan mancanegara. Di area makam terdapat stupa dan kuil. Pusara rajanya berada di atas bukit Phnom Oudong.
Kamu bisa mengunjungi Royal Tombs of Oudong dari Kota Phnom Penh. Ada banyak pilihan transportasi, mulai dari sewa sepeda motor, mobil, atau menggunakan bus umum dengan waktu tempuh sekitar satu jam.
4. Pura Gunung Kawi
Pura Gunung Kawi atau Candi Tebing Gunung Kawi berlokasi di Banjar Penaka, Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar. Tempat ini merupakan persemayaman raja-raja Dinasti Udayana beserta keluarganya.
Candi Tebing Gunung Kawi diperkirakan telah dibangun sejak pertengahan abad ke-11 Masehi, pada masa dinasti Udayana. Terdapat 10 candi yang dipahat di tebing yang tersebar di tiga titik.
Lima di antaranya berada di sisi timur Sungai Tukad Pakerisan, sementara sisanya tersebar di dua titik di sisi barat sungai. Lima candi yang berada di sisi timur sungai dianggap sebagai bagian utama dari kompleks Candi Tebing Gunung Kawi.
Kalau kamu berkunjung ke sini, ada aturan khusus untuk pria harus memakai sarung, sementara perempuan memakai kain yang diikat di pinggang. Pura Gunung Kawi dapat ditempuh menggunakan kendaraan bermotor dari Ubud dengan waktu tempuh sekitar 30 menit perjalanan.
5. Pasarean Imogiri
Pasarean Imogiri atau Pajimatan Girirejo Imogiri merupakan kompleks pemakaman yang berada di Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Pemakaman ini merupakan tempat makam raja-raja dan keluarga raja dari Kesultanan Mataram, sebuah kerajaan besar yang pernah berkuasa di Pulau Jawa pada abad ke-17.
Kompleks makam ini dibangun pada masa Sultan Agung Hanyakrakusuma sekitar tahun 1632-1940. Makam ini memiliki tiga bagian.
Bagian tengah merupakan makam Sultan Agung, sedangkan bagian kedua dan ketiga merupakan bagian dari makam keturunan Kasunanan Surakarta serta Kasultanan Yogyakarta. Untuk menuju kompleks makam, kamu harus menyusuri sekitar 409 anak tangga.
Pasarean Imogiri hanya dibuka tiga hari dalam sepekan, yakni pada Senin, Jumat, dan Minggu. Ada pula hari-hari khusus seperti tanggal 1 dan 8 Syawal, serta 10 Dzulhijjah.
Pengunjung perempuan yang ingin memasuki makam di bagian dalam harus mengenakan kain panjang, kemben, dan melepas semua perhiasan. Sementara bagi pengunjung pria harus mengenakan kain panjang, baju peranakan, dan blangkon.
Bagi pengunjung yang tidak bersedia mengikuti aturan hanya diperbolehkan sampai pintu gerbang pertama saja. Pasarean Imogiri dapat dikunjungi dari pusat Kota Yogyakarta menggunakan kendaraan bermotor dengan waktu tempuh sekitar satu jam perjalanan.