Foto Mesra Atta dan Aurel, Ini Makna Filosofis dari Pakaian Jawi Jangkep dan Kebaya
Trippers – Mengabadikan momen mesra dengan kekasih merupakan suatu hal yang berharga. Terlebih jika itu adalah momen pra pernikahan tentu saja harus menunjukkan kemesraan yang bikin orang lain iri melihatnya. Seperti yang dilakukan oleh pasangan selebritis Atta Halilintar dan Aurel Hermansya yang terlihat sedang melakukan sesi foto pra pernikahan mereka.
Keduanya tampak gagah dan anggun menggunakan pakaian adat dari Jawa Tengah. Tahukah Trippers bahwa pakaian yang dikenakan oleh dua sejoli ini tentu bukan hanya sekedar pakaian. Pakaian lelaki yaitu Jawi Jangkep dan perempuan yaitu Kebaya memiliki simbol dan filosofis tersendiri yang tersembunyi dibalik kemewahan pakaian tersebut.
Mengutip dari blogkulo.com, Jawi Jangkep atau Jawa Jangkep merupakan pakaian adat Jawa Tengah untuk laki-laki. Sebelumnya, ini merupakan pakaian kaum bangsawan di keraton Surakarta yang dikenakan ketika menghadiri acara-acara keraton. Pakaian ini terdiri dari baju beskap bermotif kembang, kain jarik, stagen, blankon atau ikat kepala, cemila (alas kaki) dan keris.
Secara filosofis, setiap bagian dari Jawi Jangkep mengandung makna yang mendalam. Sebagai penutup kepala, blankon menyiratkan keteguhan berfikir dan tidak mudah terombang-ambing. Beskap dengan kancing di kanan kirinya mengisyaratkan bahwa laki-laki Jawa harus hati-hati memperhitungkan segala perbuatannya.
Sementara itu, penggunaan jarik dengan cara dilipat dipinggir secara vertikal diusahakan agar tidak terlepas dari wirunya atau lipatannya. Hal ini bermakna agar lelaki Jawa seharusnya cermat sehingga tidak keliru dalam melakukan sesuatu. Semua hal harus dipastikan benar jika menghendaki hasil yang baik.
Keris sendiri bisa dikatakan sebagai lambang lelaki Jawa. Dalam Jawi Jangkep, keris ditemp
atkan di bagian belakang pinggang untuk mengisyaratkan bahwa manusia harus senantiasa bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Mereka harus mampu membentengi diri dari segala bentuk godaan setan yang menyesatkan manusia.
Sedangkan kebaya merupakan pakaian tradisional perempuan Jawa. Ada dua jenis kebaya dalam hal ini, pendek dan panjang. Kebaya pendek (kebaya Kartini) adalah busana sehari-hari. Biasanya terbuat dari bahan katun polos berwarna dan berhias bunga sulam. Dikombinasikan dengan jarik batik, kemben, serta sanggul atau konde.
Sedangkan Kebaya panjang digunakan untuk acara-acara adat atau resmi. Busana ini terbuat dari bahan brokat berwarna gelap dan berhias pita emas. Sekilas mirip kebaya labuh Melayu. Pelengkap sama dengan kebaya pendek. Khusus untuk pengantin biasanya ditambah tusuk konde emas dan untaian bunga melati di sanggul.
Kebaya Jawa merupakan pakaian adat Jawa Tengah yang secara filosofis melambangkan kepribadian perempuan Jawa, yang patuh, lemah lembut dan halus. Dalam pepatah Jawa, kebaya digambarkan dengan istilah “dowo ususe” atau panjang ususnya. Pepatah tersebut mewakili perempuan Jawa yang identik dengan kesabaran.
Kain Jarik yang dibebat sehingga membatasi gerakan tubuh menggambarkan perempuan Jawa sangatlah menjaga kesucian diri. Sementara stagen mewakili karakter mereka yang mudah menyesuaikan diri. Seiring perkembangan zaman, kini banyak modifikasi kebaya, sehingga ada istilah kebaya klasik dan kebaya modern.