ADAT & BUDAYA NUSANTARALatest

Upacara Adat Kalimantan Selatan yang Unik

Upacara adat adalah serangkaian ritual atau tradisi yang dilakukan oleh suatu komunitas atau suku secara turun-temurun untuk memperingati atau merayakan peristiwa penting, seperti kelahiran, pernikahan, atau kematian. Upacara adat memegang peran penting dalam memperkuat identitas budaya suatu masyarakat serta menjaga keharmonisan hubungan antara manusia, alam, dan roh nenek moyang.
Di Kalimantan Selatan, upacara adat seperti Baayun Mulud, Pesta Adat Mappanretasi, Manyanggar Padang, Malassuang Manu, Mandi Tian Mandaring, Aruh Buntang, dan Baarak Naga memiliki makna dan simbolisme yang dalam bagi masyarakat setempat.

Fungsi atau Manfaat Upacara Adat Kalimantan Selatan

Shutterstock.com

Fungsi utama dari upacara adat di Kalimantan Selatan adalah sebagai sarana untuk memperkokoh identitas budaya suku-suku yang mendiami wilayah tersebut serta sebagai alat untuk memperpetuasi nilai-nilai tradisional yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Selain itu, upacara adat juga memiliki peran penting dalam mempertahankan dan melestarikan lingkungan alam sekitar, dengan mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, keseimbangan ekosistem, dan keberlanjutan sumber daya alam.

Melalui upacara adat, masyarakat Kalimantan Selatan juga dapat menjaga harmoni dan solidaritas antaranggota komunitas, serta memperkuat hubungan sosial dan kekeluargaan. Dengan demikian, upacara adat tidak hanya memiliki nilai simbolis dan spiritual, tetapi juga memberikan manfaat yang konkret dalam menjaga keberlangsungan budaya dan lingkungan hidup di wilayah tersebut.

Lokasi Upacara Adat Kalimantan Selatan

Upacara adat di Kalimantan Selatan biasanya dilakukan di tempat-tempat yang memiliki makna khusus bagi masyarakat setempat, seperti lapangan desa, area hutan yang dianggap suci, atau bahkan di rumah adat yang menjadi pusat kegiatan budaya dan spiritual bagi komunitas.

Selain itu, beberapa upacara adat juga dilakukan di sungai atau danau, yang dianggap sebagai sumber kehidupan dan memiliki nilai penting dalam kepercayaan tradisional masyarakat Dayak.

Jenis Rumah Adat Kalimantan Selatan

Shutterstock.com

1. Baayun Mulud

Baayun Mulud merupakan salah satu tradisi yang dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat desa Banua Halat di Tapin Utara, Kalimantan Selatan, tepat pada tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Islam. Acara ini memadukan unsur budaya lokal dengan perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Nama “Baayun” berasal dari bahasa Banjar yang artinya “dalam buaian”, sedangkan “Mulud” merupakan kata dalam bahasa Arab yang merujuk kepada kelahiran.

Baayun Mulud tidak hanya sekadar sebuah perayaan keagamaan, tetapi juga menjadi simbol keberagaman budaya dan harmoni antar-etnis di Indonesia. Tradisi ini telah menarik minat banyak orang, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, sebagai wujud dari keragaman dan kekayaan budaya Indonesia.

2. Pesta Adat Mappanrerasi

Upacara adat ini digelar di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan pada bulan April setiap tahunnya. Acara ini bertujuan ekspresi rasa syukur suku Bugis di Pagatan atas hasil laut yang melimpah. Mappanretasi adalah momen di mana masyarakat setempat melarung sesaji ke tengah laut sebagai bentuk penghormatan kepada laut dan permohonan akan keberlimpahan hasil panen di musim yang akan datang.

Selama beberapa pekan, Tanah Bumbu menjadi pusat perhatian wisatawan dari berbagai daerah yang datang untuk menyaksikan festival budaya dan pesta laut ini, yang kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Indonesia.

3. Manyanggar Padang

Manyanggar Padang adalah salah satu upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Banjar saat membuka sebuah daerah baru sebagai tempat tinggal. Ritual ini bertujuan untuk memohon keselamatan dari berbagai malapetaka yang mungkin terjadi, yang dipercaya disebabkan oleh makhluk gaib penunggu tempat tersebut.

Keyakinan akan adanya penunggu atau pemilik tak kasat mata pada suatu daerah membuat masyarakat Banjar tradisional selalu melakukan ritual Manyanggar Padang sebagai bagian dari upaya membuka lahan dan memulai usaha baru.

4. Malassuang Manu

Malassuang Manu merupakan salah satu upacara adat yang unik dilakukan oleh masyarakat tradisional di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Ritual ini tidak hanya bertujuan untuk memohon keselamatan, namun juga untuk memohon keberlimpahan hasil laut serta harapan akan mendapatkan jodoh.

Malassuang Manu adalah paduan antara pesta adat, doa keberlimpahan, dan permohonan akan jodoh. Tradisi ini telah menjadi bagian penting dari identitas budaya masyarakat Suku Mandar yang tinggal di Kecamatan Pulau Laut Selatan, Kabupaten Kotabaru, dan menjadi pusat perhatian masyarakat setempat serta wisatawan yang tertarik dengan kekayaan budaya Indonesia.

5. Mandi Tian Mandaring

Mandi Tian Mandaring dilakukan oleh Suku Banjar untuk menyambut kehamilan pertama. Upacara ini dilaksanakan pada usia kehamilan tujuh bulan dengan tujuan untuk memastikan keselamatan ibu hamil saat melahirkan serta kelahiran anaknya yang sehat.

Dalam kepercayaan masyarakat tradisional, fase kehamilan pertama dianggap sangat rentan terhadap gangguan makhluk halus, oleh karena itu, Mandi Tian Mandaring menjadi ritual yang penting dalam menjaga keselamatan dan kesehatan ibu dan anak.

6. Aruh Buntang atau Mambuntang

Aruh Buntang atau Mambuntang adalah salah satu upacara adat yang dilakukan oleh Suku Dayak Dusun Deah di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Upacara ini bertujuan untuk mengantar arwah orang yang telah meninggal ke kehidupan berikutnya.

Pelaksanaan upacara Aruh Buntang dianggap sebagai kewajiban moral dan sosial bagi keluarga yang ditinggalkan untuk menghormati dan mengangkat arwah sanak saudara yang telah meninggal ke alam roh.

7. Baarak Naga

Ritual ini berlangsung selama 100 tahun dan masih dipertahankan oleh warga Ulu Banteng, Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Baarak Naga melibatkan pengiringan pengantin pria yang menaiki replika naga menuju rumah mempelaiannya di Kampung Ulu Banteng.

Naga yang digunakan adalah sebuah struktur kayu dan bambu yang besar, dihiasi dengan kertas dan daun sehingga menyerupai naga, sebagai simbol kekuatan dan keberanian dalam mengarungi kehidupan pernikahan. Ritual ini menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya masyarakat setempat dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin mengenal lebih jauh kekayaan budaya Indonesia.

—————————–

sumber : masbellboy | Traveloka