ADAT & BUDAYA NUSANTARALatest

Tato Iban, dari Perang hingga Menjadi Tradisi

Trippers – Hallo Trippers! kalian ada yang suka dengan seni? Kali ini Trippers.id akan kasih tahu tentang kesenian yang ada di Kalimantan Barat, Namun kesenian ini bukan musik atau tariannya yang aduhay ya, Trippers. Kesenian yang satu ini adalah seputar dunia pertatoan yang sudah menjadi tradisi di Kalimantan Barat, khususnya pada suku Dayak Iban.

Foto: tattoiban.tumblr.com

Masyarakat Dayak memandang tato bukan saja sebagai seni, tetapi tato juga memiliki filosofi dan maknanya tersendiri. Tato sendiri bagi masyarakat dayak bukan hanya sekedar pamer dan gaya-gayaan, tato memiliki arti yang lebih mendalam tentang kehidupan. Setiap suku Dayak memiliki ciri khas motif tatonya masing-masing.

Suku Dayak Iban sampai saat ini masih melestarikan tradisi tato yang sudah ada sejak zaman leluhur mereka loh, Trippers. Proses pembuatan tato pun tidak menggunakan peralatan modern yang biasa digunakan oleh seniman tato seperti saat ini, melainkan menggunakan alat tradisional.

Foto: boombastis.com

Pada zaman dulu masyarakat Iban menggunakan duri pohon jeruk untuk jarum nya dan tumbuk kan arang atau jelaga yang di campur garam untuk tintanya. Pada zaman itu tato dibuat sebagai identitas seorang Dayak Iban, Karenanya saat perang terjadi, mereka bakal tahu yang mana lawan yang mana kawan.

Ada beberapa bentuk tato yang umum dipakai oleh masyarakat Dayak Iban. Gambar gambar tato tersebut diantaranya ukir degug, kalapah, bilun, ketam itit, dan bunga terung.

Ukir degug adalah simbol identitas masyarakat Dayak Iban yang ada di leher depan. Bentuknya bulat memanjang dari leher bawah hingga di bawah dagu. Kalapah dan bilun adalah simbolisasi berbentuk manusia. Kalapah biasanya ditato di paha, sementara bilun di betis.

Foto: tattoiban.tumblr.com

Ketam itit adalah gambaran kepiting yang sedang menjepit, berupa gambar kembar di punggung kiri dan kanan. Serupa dengan ketam itit, bunga terung juga merupakan gambar kembar di antara atas dada dan pundak kanan kiri.

Keren-keren ya, Trippers tradisi asli Indonesia ini. Yuk kita lestarikan, jangan ditinggalkan meski zaman terus berjalan.

Tinggalkan Balasan