ADAT & BUDAYA NUSANTARA

5 Tradisi Unik Masyarakat Dayak Di KalTim

Sebagai sebuah negara yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, Indonesia sangat kaya akan kebudayaan. Hampir semua suku bangsa di Indonesia memiliki kebudayaan sendiri sendiri, baik itu seni, tradisi, dan adat istiadat yang berbeda antara suku yang satu dengan suku yang lainnya.

Perbedaan itu sendiri dipengaruhi oleh banyak hal, seperti lingkungan tempat tinggal, agama atau kepercayaan yang dianut, dan lain lain. Sebagai contoh, masyarakat yang tinggal di pesisir pantai, tentu memiliki kebudayaan yang berbeda dengan masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan. Atau kelompok masyarakat yang menganut kepercayaan A tentu memiliki kebudayaan yang berbeda dengan kelompok masyarakat yang menganut kepercayaan B.

Namun, justru perbedaan perbedaan itulah yang akhirnya melahirkan banyak sekali kesenian, adat istiadat, maupun tradisi tradisi yang membuat negeri ini kaya akan budaya.

Pada kesempatan ini ane ingin sedikit mengulas beberapa tradisi yang masih sering dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di wilayah Kalimantan Timur. Kenapa ane memilih Kalimantan Timur? Itu karena daerah ini bisa dibilang kampung halaman kedua bagi ane, setelah kampung kelahiran ane. Istri ane berasal dari daerah ini, tepatnya dari kota Samarinda, dan otomatis ane sudah beberapa kali berkunjung kesini. Jadi sedikit banyak ane taulah adat istiadat masyarakat di daerah ini.

Selain itu, tradisi tradisi di daerah ini lumayan menarik buat ane, jauh berbeda dengan tradisi di tanah kelahiran ane. Rata rata adat tradisi di daerah ini masih dipengaruhi oleh budaya masyarakat Dayak yang notabene adalah penduduk asli daerah ini.

Apa saja tradisi tradisi yang unik dan menarik itu? Berikut sedikit ulasan yang bisa ane rangkum dari berbagai sumber.

1. Ngehawa’k

Tradisi atau upacara adat Ngehawa’k ini biasa dilakukan oleh masyarakat Dayak di Kalimantan Timur dalam sebuah ucara pernikahan, dimana dalam upacara ini akan diperlihatkan benda benda adat. Mirip semacam acara seserahan kalau di adat Jawa, bedanya disini adalah yang diperlihatkan adalah benda benda adat yang dianggap memiliki nilai kesakralan. Namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, benda benda adat itu sekarang bisa diganti dengan uang.

Banyak sedikitnya benda adat yang diperlihatkan juga tergantung dari silsilah keturunan mempelai. Semakin tinggi derajat calon mempelai perempuan, misalnya calon mempelai wanita adalah keturunan bangsawan, maka pihak mempelai pria wajib menyediakan benda benda adat itu sesuai dengan permintaan dari pihak mempelai wanita.

Selain memperlihatkan benda benda adat, dalam upacara Ngehawa’k ini juga ada semacam perjanjian adat, yang mana bila kelak terjadi suatu perceraian, maka konsekwensinya adalah, pihak yang dianggap bersalah harus siap mendapatkan denda adat sesuai dengan hukum adat yang berlaku.

Denda adat ini disesuaikan dengan kesalahan yang dibuat oleh pihak yang dianggap bersalah. Namun rata rata denda adat ini tidaklah ringan. Hal ini sengaja dibuat agar masyarakat tidak sampai melanggar adat istiadat yang berlaku di masyarakat Dayak itu sendiri.

Upacara Ngehawa’k ini biasanya akan dilanjutkan dengan upacara upacara yang lain seperti Badua Salamat Pengantin (pembacaan doa yang dipimpin oleh tetua adat), Bahias (merias pengantin), dan Batatai (bersanding)

Cukup meriah upacara pernikahan masyarakat Dayak ini, karena biasanya juga diiringi dengan berbagai macam pertunjukan kesenian khas masyarakat setempat.

2. Dahau

Upacara adat Dahau adalah upacara adat untuk memberikan nama pada anak yang biasa dilakukan oleh masyarakat Dayak di Kalimantan Timur.

Upacara memberi nama anak seperti ini juga banyak dilakukan oleh suku suku lain di Indonesia. Namun yang membedakan adalah, upacara ini dilakukan secara besar besaran selama sebulan penuh, dengan berbagai macam ritual yang dilakukan selama upacara Dahau ini digelar.

Tak heran kalau tidak semua masyarakat Dayak di Kalimantan Timur sanggup melakukan upacara ini, mengingat upacara ini adalah upacara besar yang memakan biaya yang tidak sedikit.

Bagaimana tidak, upacara ini digelar secara besar besaran selama satu bulan penuh, dengan mengundang warga suku Dayak dari berbagai wilayah. Belum lagi harus memotong banyak hewan korban seperti kerbau, sapi, atau babi, dan juga beraneka ragam pertunjukan kesenian daerah. Ditambah lagi dengan upacara upacara ritual yang juga memakan biaya yang tidak sedikit.

Tak heran kalau biasanya yang sanggup melaksanakan upacara adat ini hanyalah keluarga keturunan bangsawan atau orang orang yang mampu saja.

Inti dari upacara ini adalah wujud rasa syukur dan juga harapan, agar kelak si anak menjadi anak yang baik dan berguna bagi kehidupan di masyarakat.

3. Ngugu Tahun

Tradisi Ngugu Tahun dilakukan oelh suku Dayak Tunjung, Dayak Banuaq, dan Dayak Bentian di Kalimantan Timur sebagai wujud rasa syukur kepada kepada sang pencipta atas semua kehidupan dan penghidupan yang telah diberikan.

Biasanya upacara Ngugu Tahun ini juga dijadikan sebagai penebus nazar. Misalnya ada orang yang sakit, lalu bernazar kalau sembuh dari sakit akan melakukan upacara Ngugu Tahun, maka setelah sembuh orang ini akan segera menggelar upacara ini.

Upacara ini juga lumayan meriah, karena biasanya akan banyak warga yang datang untuk menyaksikannya. Hal yang wajib dalam upacara ini adalah pemotongan hewan, biasanya kerbau, yang dagingnya akan dimasak atau dibagi bagikan kepada warga yang hadir.

Upacara serupa juga sering dilakukan oleh masyarakat suku bangsa Kutai di Kutai Kertanegara. Bedanya, upacara disini disebut Erau Pelas Tahun.

4. Beliatn

Upacara adat Beliatn adalah upacara ritual penyembuhan yang biasa dilakukan oleh masyarakat suku Dayak Benuaq di Kalimantan Timur. Ada dua macam upacara Beliatn, yaitu Beliatn Bowo dan Beliatn Sentiyu.

Upacara adat Beliatn Bowo biasanya dilakukan untuk mengobati penyakit penyakit ringan seperti anak yang demam atau semacamnya. Upacara ini biasanya dipimpin oleh tabib perempuan.

Sedangkan upacara adat Beliatn Sentiyu biasanya dilakukan sebagai ritual penyembuhan penyakit yang berat seperti guna guna atau semacamnya. Upacara ini biasanya dipimpin oleh lebih dari satu tabib laki laki dan berlangsung selama empat hari empat malam.

Upacara ini diawali dengan penyembelihan hewan (biasanya babi) untuk diambil darahnya dan dijadikan sebagai sarana ritual, dilanjutkan dengan mempersiapkan patung patung kecil yang melambangkan hantu pengganggu, ornamen janur, dan ramuan ramuan dari dedaunan

5. Ngerangka’u

Ngerangka’u merupakan upacara adat kematian yang sangat disakralkan oleh masyarakat suku Dayak Tunjung di Kalimantan Timur.

Upacara ini diadakan di hari ke 40 setelah kematian, digelar di rumah duka dan dihadiri oleh sanak keluarga yang menggunakan pakaian adat lengkap.

Selain melakukan ritual ritual khusus, dalam upacara ini juga ditampilkan tarian tarian adat yang ditarikan oleh gadis gadis dayak dengan pakaian adat yang lengkap juga.

Upacara ini digelar untuk memberikan kenyamanan kepada arwah si mati yang telah berada di sisi sang pencipta.

Sumber : Kompasiana

Tinggalkan Balasan