Apa Betul Belajar Hanya Untuk Pelajar?
Trippers.id – Suatu hal yang wajar di mana lulusan baru merasa puas terhadap pencapaiannya dalam hal menuntut ilmu, rasa puas dan bangga karena telah menyelesaikan jenjang pendidikannya.
Namun dalam beberapa bulan ke depan banyak “freshgraduate” yang kaget akan kehidupan yang sesungguhnya, banyak lulusan yang belum siap untuk masuk ke dalam kehidupan yang sesungguhnya.
Tak sedikit yang mengalami tekanan mental yang di alami akan persaingan yang sangat keras di kehidupan nyata, semua itu dikarenakan kurangnya persiapan dan kematangan dalam mempersiapkan kehidupan usai sekolah.
Dipersiapkan untuk menjadi karyawan sejak sekolah dasar membuat masyarakat di tutup sudut pandangnya untuk bisa melihat dunia lebih dalam.
Dan tak sedikit pula rakyat Indonesia yang berhenti belajar setelah selesai menuntut ilmu di Sekolah atau Universitas, merasa sudah cukup belajar selama belasan tahun membuat mereka tidak lagi mau menambah ilmu.
Di Indonesia sendiri belajar dengan cara membaca buku dianggap remeh dan sering di jadikan bahan olokan oleh orang, padahal dengan membaca buku akan menciptakan sudut pandang baru dan melihat sesuatu dengan banyak hal.
Tentunya merasa pintar dan serba tahu yang membuat masyarakat menutup diri untuk terus belajar, menutup diri akan pemikiran baru dan tidak bisa menghargai pendapat orang lain.
Bahkan di dalam dunia pekerjaan pun orang yang sering membaca dan belajar hal hal baru dianggap bodoh dan seperti anak sekolah, bahkan di cap sebagai orang yang cari muka, mereka tidak menyadari bahwa itu sebuah ancaman untuk mereka karena “si bodoh” telah berkembang.
Jika terus begini maka Indonesia masih akan menjadi negara yang tertinggal karena banyak penerus bangsanya yang tidak mau membuka wawasan baru dan sudut pandang baru untuk melakukan suatu hal sehingga mentok dan berkata” saya telah berusaha”.
Jelas hak anda untuk kembali belajar hal hal baru dan meminta pendapat orang lain akan hal itu atau menutup diri dari pendapat orang lain dan merasa masih pintar untuk kembali belajar kembali.
Kalau terus seperti ini ada apa dengan pemikiran orang Indonesia?