ADAT & BUDAYA NUSANTARA

5 Tradisi Unik dari Maluku

Sejarah mencatat Maluku sebagai daerah penghasil rempah. Portugis datang pada tahun 1511 ke Maluku untuk mengambil dan mengendalikan perdagangan rempah-rempah. Tapi tahukah, Sahabat? Selain kaya akan rempah, adat istiadat dan kebiasaan orang Maluku juga amat beragam dan menarik untuk digali.

Adakah tradisi atau adat istiadat dari Maluku yang sudah kamu ketahui? Mungkin belum banyak. Tapi tenang saja, melalui artikel kali ini, kami akan mengajak kita mengenal orang Maluku beserta kebiasaan-kebiasaannya yang unik. Berikut 5 kebiasaan orang Maluku yang patut diketahui.

1.Bambu Gila

Tradisi yang satu ini berkaitan dengan dunia mistis. Untuk melaksanakan tradisi ini, dibutuhkan pawang, bambu, kemenyan, mantra, serta laki-laki berjumlah ganjil yang bertugas menjadi penahan bambu. Desa Liang dan Desa Mamala adalah dua tempat dimana kamu bisa menemukan tradisi bambu gila.

bambu gila
(Tradisi bambu gila. Foto: Allako Pasanggang/Merdeka.com)

Pertama-tama, dilakukan pemilihan batang bambu. Pawang kemudian melaksanakan serangkaian adat untuk meminta izin penebangan batang bambu tersebut.

Tradisi dilanjutkan dengan sang pawang yang membacakan mantra untuk mengarahkan roh di dalam batang bambu. Roh di dalam bambu akan membuat para penahan bambu terlempar dan terdorong ke sana kemari. Namun, mereka harus mampu menahan bambu itu bagaimanapun caranya. Tradisi selesai ketika roh tersebut berhasil ditenangkan oleh sang pawang.

2.Pukul Sapu

Makan ketupat dan opor dan bersilaturahmi dengan saudara. Kedua kegiatan tersebut sudah lazim dilakukan pada momen Idul Fitri. Nah, orang Maluku punya kebiasaan yang berbeda untuk merayakan Idul Fitri.

Namanya tradisi pukul sapu, lengkapnya Baku Pukul Menyampu dan Pukul Manyapu. Kebiasaan ini diselenggarakan setiap tanggal 7 Syawal atau satu minggu setelah Idul Fitri. Sama seperti bambu gila, pukul sapu juga berasal dari Desa Mamala. Asal muasal tradisi ini adalah para pasukan Kapten Lelukasbessy yang membubarkan diri dengan pukul sapu ketika sang kapten dihukum mati.

pukul sapu
(Tradisi pukul sapu. Foto: Eddie Likumahua/travelingyuk.com)

Dalam tradisi ini, para lelaki akan bertelanjang dada, hanya mengenakan celana pendek serta ikat kepala. Mereka kemudian saling memukulkan sapu yang terbuat dari tulang daun pohon mayang atau pohon enau ke tubuh. Pertunjukkan ini menjadi ajang bagi para lelaki untuk menunjukkan kejantanan dan kebanggaan mereka.

3.Makan Patita

Makan Patita adalah kebiasaan makan bersama yang biasa dilaksanakan orang Maluku pada momentum hari besar. Tradisi ini dilakukan pada perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kota, HUT Kemerdekaan Indonesia, HUT tempat ibadah, dan hari-hari besar lain. Nilai yang dijunjung dalam tradisi ini adalah kebersamaan, kehangatan, serta semangat kekeluargaan.

Pada saat pelaksanaan tradisi, setiap rumah akan memasak dalam jumlah besar. Masakan-masakan tersebut kemudian dibawa ke tempat berkumpul untuk dinikmati bersama-sama. Adapun masakan yang biasa disajikan adalah hidangan khas Maluku seperti colo-colo, sayur-sayuran, papeda, ikan asar, singkong rebus, patatas rebus, kohu (urap Maluku), dan masih banyak lagi.

kohu maluku
(Kohu, urap Maluku. Foto: Sajian Sedap)

4.Malam Badendang

Kebersamaan dan solidaritas masyarakat Maluku tidak hanya tampak dari tradisi Makan Patita, Sahabat. Ada lagi satu kebiasaan yang sering dilakukan oleh orang Maluku untuk membangun kebersamaan. Namanya Malam Badendang.

tari katreji
(Tari Katreji. Foto: Good News From Indonesia)

Dalam acara ini, para peserta akan menari semalaman suntuk. Tarian yang dibawakan adalah tarian-tarian daerah seperti Katreji dan Orlapei. Musik karaoke dan berbagai kudapan khas Maluku ikut dihadirkan untuk memeriahkan acara.

5.Upacara Adat Nyuci Negeri Soya

upacara adat nyuci negeri soya
(Upacara adat nyuci negeri soya. Foto: Klikmaluku.com)

Seperti namanya, upacara adat ini dilaksanakan untuk membersihkan negeri. Selain itu, upacara ini juga memiliki tujuan untuk membersihkan diri dari perasaan negatif seperti dengki, persetertuan, dan kecurigaan. Waktu pelaksanaanya setiap minggu kedua bulan Desember dan dipimpin oleh Raja atau Upulatu.

Upacara adat yang sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda pada tahun 2015 lalu ini memiliki sejumlah rangkaian. Rangkaian tersebut terdiri atas pembersihan negeri, naik ke Gunung Sirimau, upacara adat cuci negeri, cuci air (Wai Werhalouw dan Unuwei), terakhir masuk kain gandong.

————————————-

Oleh : Putri Shaina

Tinggalkan Balasan